Bulan: Februari 2018

Program Beasiswa Ma’had Aly Madinatul Qur’an

PROGRAM BEASISWA
MA’HAD ALY MADINATUL QUR’AN
Tahun Akademik 2018/2019
(khusus laki-laki)

MUKADDIMAH
Ulama & Penuntut ilmu agama adalah para pewaris nabi yang akan terus menjadi ujung tombak perjuangan agama sampai akhir nanti.
Ponpes madinatulquran

LAMA PROGRAM

  • Belajar & Praktek 3 Tahun
  • Pengabdian 1 Tahun

(Total pembelajaran 4 tahun)

LOKASI
Ponpes Madinatul Qur’an2
Jonggol, Bogor

TARGET OUTPUT

  • Memilik Aqidah yang lurus, serta Akhlaq, dan Muamalah yang baik
  • Hafalan Al-Quran min 15 Juz
  • Hafal Hadits Arbain & Umdatul Ahkam
  • Bahasa Arab Aktif Lisan dan Tulisan
  • Bacaan Al-Qur’an seusai dengan kaedah Tahsin & Tajwid
  • Memahami ilmu Syar’i level menegah
  • Skill Komputer yang dibutuhkan
  • Mental kemandirian, Life skills dan Keterampilan lainnya
  • Ijazah Pesantren, Ijazah Hafalan & ijazah sanad (bagi yang memenuhi syarat)

GAMBARAN UMUM
Stressing atau penekanan pembelajaran di

Tahun I
Tahsin & Tahfidz Al-Qur’an, Bahasa Arab & Ilmu Syari Dasar

Tahun II
Muroja’ah Hafalan Alquran, Hafalan Mutun dan Pendalaman Ilmu Syar’I, praktek penerapan.

Tahun III
Murajaah Alquran,
Pengambilan Sanad*, Hafalan Matan, Pendalaman Ilmu Syar’I, Praktek Keguruan dan da’i, Pengayaan Life Skill (Komputer, management, leadership, komunikasi, organisasi dll)

Tahun IV
Pengabdian, program dakwah dan Pembekalan Skills tambahan

FASILITAS

  • Ruang Belajar,
  • Masjid Jami’,
  • Unit Kesehatan,
  • Asrama,
  • Perpustakaan,
  • Kantin,
  • Kamar mandi,
  • Lapangan Olahraga dan Lingkungan Asri & Alami
  • Makan 3x Sehari

TENAGA PENGAJAR

  • Hafidz Qur’an Bersanad dan Huffadz lainnya
  • Alumni Universitas Islam madinah,
  • Alumni LIPIA,
  • Alumni Pondok pesantren, dan
  • Universitas dalam negeri terkemuka lainnya.

PERSYARATAN MASUK

  • Beragama Islam
  • Memiliki Ijazah SMA / Sederajat
  • Umur 17 – 23 Tahun
  • Belum Menikah
  • Dapat Membaca Al-Qur’an Dengan Baik
  • Tidak Pacaran
  • Tidak Merokok
  • Memiliki keinginan kuat untuk belajar
  • Melengkapi Berkas-berkas yang diperlukan (Dapat dilihat Dibawah)
  • Siap mengikuti aturan Pesantren.
  • Lulus tes seleksi dan wawancara yang diadakan Pesantren.

BERKAS YANG DIPERLUKAN
(diserahkan pada saat akan memulai pembelajaran)

1. Ijazah Asli Pendidikan (SMA & SMP)
2. Transkip Nilai Asli.
3. SKCK Asli
4. FC KTP
5. FC Kartu Keluarga
6. FC Akte Kelahiran
7. Surat Izin Orangtua
8. Surat keterangan sehat
9. Printout Formulir wawancaraonline yg sudah terisi.

BEASISWA PENDIDIKAN

Biaya SPP, Asrama, & biaya Makan. (Beasiswa)

BIAYA LAIN

  • Pendaftaran Rp 350.000,-
  • Biaya Sarpras Rp 1.500.000,-
  • Seragam Putra Rp 500.000,-
  • Buku / Semester Rp 500.000,-

PROSEDUR PENDAFTARAN & TES

1. Waktu Pendaftaran
Gel 1 : 1 Februari – 30 April 2018

2. Pendaftaran via WA Dengan format:

MA2018#Nama#kota domisili#usia#ijazah terakhir#no WA

Cth: MA2018#Ahmad#balikpapan#18#SMA#081122334455#

Kirim ke : *085200236000*

Mengisi Formulir Online di Website Madinatul Qur’an Jonggol
Link : Madinatulquran.or.id

3. Mengisi wawancara online
Link:http://madinatulquran.or.id/2017/04/09/formulir/

diemail ke: kd.madinatulquran.or.id

4. Transfer uang pendaftaran sebesar Rp 350.000,-
Nomor rekening dan info lengkap dikirim via wa

SELEKSI

  1. Seleksi berkas dan wawancara online yg dikirim via email mulai 2 Februari – 30 April 2018
  2. Kuota akan ditutup jika sudah memenuhi.
  3. Dapat langsung mengikuti Tes di Madinatul Qur’an 2, Setiap Hari Sabtu & Minggu (Jam 08.00 s/d 12.00 WIB)

PENGUMUMAN & SELANJUTNYA

Hasil seleksi PSB akan diumumkan Melalui Whatsapp secara japri

KBM
Mulai masuk Insyaa Allah 1 Juli 2018

179442: Apakah Terdapat Hadits Yang Menjelaskan Bahwa Istri Umar Radliyallahu Anhu Dulu Pernah Berkata Keras Di Hadapan Umar Sehingga Umar Terdiam Karenanya Dan Bersabar Atas Kejadian Tersebut?

179442: Apakah Terdapat Hadits Yang Menjelaskan Bahwa Istri Umar Radliyallahu Anhu Dulu Pernah Berkata Keras Di Hadapan Umar Sehingga Umar Terdiam Karenanya Dan Bersabar Atas Kejadian Tersebut?

Pertanyaan:

Semoga Allah Ta’ala selalu mengasihi anda dan mohon penjelasannya tentang kabar yang tersebar luas di internet pada masa ini yang menyebutkan bahwa ada seorang lelaki yang marah kepada istrinya karena dia telah berkata keras kepadanya. Lalu dia beranjak pergi menemui Umar bin Al Khatthab untuk mengadukan kasus istrinya kepada beliau. Ketika dia telah sampai di depan rumah Umar dan hendak mengetuk pintu tiba-tiba dia mendengar istri Umar berkata keras melebihi suara Umar. Kemudian secepat kilat dia kembali – tidak jadi menemui Umar –. Bagaimanakah kebenaran khabar ini apakah dia shahih? Jika memang Shahih, apakah dapat dijadikan sebagai argumentasi dibolehkannya seorang istri bersuara keras melebihi suara suaminya?

Published Date: 2015-08-10

Jawab:

Alhamdulillah …

Pertama :

Kisah ini yang selengkapnya adalah, bahwa seorang lelaki datang kepada Umar guna mengadukan perilaku dan akhlak istrinya kepada beliau. Lalu dia berdiri di depan pintu rumah Umar menunggu beliau tiba-tiba dia mendengar istri Umar berbicara panjang lebar di hadapan beliau sedang beliau hanya terdiam tidak membalas pembicaraan istrinya. Kemudian lelaki tadi beranjak pergi seraya bergumam, ‘Jika memang seperti ini kondisi Amirul Mukminin Umar bin Khatthab bagaimana dengan keadaan saya sendiri?’ Kemudian Umar-pun keluar rumah dan melihatnya pergi meninggalkan rumahnya lalu beliau memanggilnya, ‘Apa keperluanmu wahai saudaraku?’ Lelaki inipun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin saya datang untuk mengadukan akhlaq dan perilaku istriku serta omongannya kepadaku, lalu aku mendengar sendiri istri anda juga melakukan hal yang sama. Maka akupun beranjak pergi seraya bergumam, ‘Jika memang seperti ini kondisi Amirul Mukminin Umar bin Khatthab dengan istrinya, maka bagaimanakah dengan keadaan saya sendiri?”

Lalu Umar pun berkata kepadanya, “Sesungguhnya saya bersabar kepadanya karena memang dia memiliki hak-hak yang harus saya penuhi. Sungguh dia memasak makanan buat saya, membuatkan roti untuk saya, mencuci pakaian saya dan menyusuai anak-anak saya. Padahal yang demikian itu bukan merupakan kewajiban atasnya. Sementara, di sisi yang lain hatiku merasa tentram dengannya sehingga mencegahku dari hal-hal yang haram. Oleh sebab itu aku bersabar terhadap sikapnya yang demikian tersebut. Kemudian lelaki tersebut berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apakah demikian pula dengan istri saya?” Umar pun berkata, “Maka bersabarlah anda dengan sikapnya wahai saudaraku karena sesungguhnya hal itu hanya beberapa saat saja.”

Sesungguhnya kisah ini kami tidak mendapatkan asal muasalnya. Tidak pula kami dapati seseorang dari ulama yang membicarakan terkait hadits tersebut sedikitpun. Akan tetapi hadits tersebut disebutkan oleh As syaikh Sulaiman bin Muhammad Al Bujairmi al Faqih As Syafii dalam kitab Hasyiyah Ala Syarhil Manhaj (3/ 142-144), sebagaimana yang disebutkan juga oleh Abu al-Laits As Samaraqandi al Faqih al Hanafi dalam kitabnya “Tanbihul Ghaafilin” (hal. 517), demikian juga Ibnu Hajar Al Haitsami menyebutkan dalam kitabnya “Az zawajir ” (2/80) dan beliau tidak menyebutkan satupun sanadnya.. Bahkan mereka semua yang meriwayatkan menggunakan lafadz, “Disebutkan bahwa seorang lelaki, atau diriwayatkan bahwa seorang lelaki”. Ungkapan seperti ini mengandung tidak shahihnya sebuah riwayat yang mengarah kepada lemahnya riwayat tersebut. Hal inilah yang menunjukkan bahwa kisah tersebut tidak Shahih, dan yang demikian dikuatkan oleh hal-hal berikut :

– Bertentangan dengan riwayat-riwayat yang masyhur tentang Umar Radliyallahu Anhu dalam sirahnya bahwa beliau adalah sosok pribadi yang sangat berwibawa di tengah masyarakat, maka apalagi di hadapan istri-istri beliau?

– Dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas Radliyallahu Anhuma berkata

مكثت سنة أريد أن أسأل عمر بن الخطاب عن آية فما أستطيع أن أسأله هيبة له )رواه البخاري، رقم 4913 ومسلم، رقم 1479)

“Aku tinggal menetap selama setahun bersama Umar bin Al Khatthab ingin menanyakan tentang satu ayat dalam Al Qur’an, akan tetapi aku enggan bertanya kepadanya karena kewibawaan beliau.” (HR. Bukhari, no. 4913 dan Muslim, no. 1479)

Dan dalam riwayat lain, dari Amr bin Maimun dia berkata:

شَهِدْتُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَوْمَ طُعِنَ فَمَا مَنَعَنِي أَنْ أَكُونَ فِي الصَّفِّ الْأَوَّلِ إِلَّا هَيْبَتُهُ، وَكَانَ رَجُلًا مَهِيبًا (حلية الأولياء، 4/151)

“Aku menyaksikan pada hari di mana Umar Radliyallahu Anhu ditikam. Tidaklah ada yang mencegahku untuk berada di shaf pertama melainkan karena kewibawaan beliau, karena dia adalah seseorang yang sangat berwibawa.” (Hilyatul Auliya, 4/151).

– Kerasnya suara istri Umar di hadapan beliau Radliyallahu Anhuma hingga terdengar siapa saja yang berada di luar rumah sedang beliau hanya terdiam, adalah suatu yang mungkar dan tiada beralasan. Bagi siapa saja yang mengetahui kondisi Amirul Mukminin pasti akan mengingkari yang demikian tersebut. Karena setan pun takut kepada Umar. Seandainya Umar berjalan di satu titian jalan maka pastilah setan akan memilih jalan selain jalan yang dilalui oleh beliau, dan para wanita yang meninggikan suara-suara mereka di hadapan para suami mereka tidak pernah di dapat dalam sejarah para salaf.

– Terkait perkataan beliau tentang, “Sesungguhnya dia memasak makanan buat saya, membuatkan roti untuk saya, mencuci pakaian saya dan menyusui anak-anak saya, dan bukanlah yang demikian tersebut merupakan kewajiban atasnya.” Merupakan ungkapan yang tidak benar. Karena pelayanan istri kepada suaminya secara baik merupakan hal yang wajib atasnya. Perhatikan kembali jawaban soal no. 119740, khususnya tentang menyusui, bahwa seorang istri wajib menyusui putra-putrinya apabila dalam asuhan suaminya. Hal itu dilakukannya dengan tanpa ada upah. Lihat kembali jawaban soal no. 130116.

Ringkasnya, bahwa kisah ini tidak ada asal-muasalnya, dan matannya mengindikasikan kemungkaran dan ketidak benaran.

Atas dasar itu, maka tidak dibenarkan menjadikan dalil dengan kisah tersebut dibolehkannya seorang istri mengeraskan suaranya di hadapan suaminya.

Kedua :

Seorang istri yang meninggikan suaranya dihadapan suaminya merupakan gambaran adab yang buruk dan tidak adanya keharmonisan, dan yang demikian dilarang.

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya, “Bagaimana hukumnya seorang istri yang meninggikan suaranya dihadapan suaminya dalam urusan-urusan rumah tangga?”

Beliau Rahimahullah Ta’ala menjawab, “Kami katakan bagi istri yang semacam ini bahwa meninggikan dan mengeraskan suara di hadapan suami merupakan cerminan adab yang buruk. Karena seorang suami adalah pemimpin baginya dan yang menaunginya, maka sudah sepantasnya dia memuliakan suaminya yang ketika berbicara kepadanya harus dengan adab dan sopan santun. Karena sesungguhnya yang demikian sangat lebih dipentingkan agar hubungan keduanya tetap abadi dan senantiasa dihiasai dengan kasih sayang antara keduanya.

Demikian pula dengan suami maka dia juga harus mempergauli istrinya secara baik, yaitu saling timbal-balik dalam memberikan kebaikan, Allah Ta’ala berfirman :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً (سورة النساء: 19)

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak ”. (QS An Nisaa: 19)

Maka nasihatku untuk istri yang semacam ini hendaklah dia bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla terhadap diri dan suaminya, dan hedaklah dia tidak meninggikan suaranya di depan suaminya, terlebih lagi jika suaminya berbicara kepadanya dengan suara yang lembut dan tenang”.

(Dari kumpulan Fatawa Nuurun Ala ad Darbi, 2/19., dengan edisi penomoran yang sempurna) Sebagai tambahan, lihat kembali jawaban soal no. 125374

Wallahu Ta’ala A’lam.

(Dari https://islamqa.info/id/179442 )

Siapakah Sahabat yang Sejati…??

Siapakah Sahabat yang Sejati…??

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin lepas dari yang namanya pertemanan atau persahabatan. Oleh karenanya menjadi kewajiban bagi kita semua untuk selalu bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Tapi diantara pertanyaan yang wajib kita tanyakan kepada diri kita adalah :

» Siapa saja yang kita jadikan sahabat akrab bagi diri ini…??

» Atas dasar apa kita bangun persahabatan kita…??

» Siapakah sahabat yang sejati menurut Allah dan Rosul-Nya…??

Rosulullah berwasiat kpd kita agar selektif dalam memilih sahabat dekat kita, Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَ سَلَّمَ bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya…”
(H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Silsilah Ash-Shahihah: 927).

Karena ternyata nanti di hari kiamat ada manusia yang sangat menyesal karena ternyata salah memilih sahabat.

Allah Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا * يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا * لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

Pada hari ketika orang dzolim itu menggigit kedua tangannya, seraya berkata :
“Andaikan aku dahulu mengambil jalannya Rasul. Aduhai andaikan aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman karibku. Sungguh, ia telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) setelah ia datang kepadaku. Dan setan itu selalu ingin merendahkan manusia.” (Al Furqon: 27-29).

Sebagaimana yang sudah masyhur di kalangan ulama ahli tafsir, yang dimaksud dengan orang yang dzalim dalam ayat ini adalah ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, sedangkan si fulan yang telah menyesatkannya dari petunjuk Al Qur’an adalah Umayyah bin Khalaf atau saudaranya Ubay bin Khalaf. Akan tetapi secara umum, ayat ini juga berlaku bagi setiap orang yang dzalim yang telah memilih mengikuti shahabatnya untuk kembali kepada kekafiran setelah datang kepadanya hidayah Islam. Sampai akhirnya dia mati dalam keadaan kafir sebagaimana yang terjadi pada ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. (Adhwa’ul Bayan, 6/45).

Siapakah yang menurutmu sahabat terbaik…??

Yang mengajakmu makan malam di restoran mewah..?

Yang nonton bareng denganmu di bioskop..?

Yang ikut bareng denganmu ketika nonton konser musik..?

Yang selalu berada disebelahmu ketika foto narsis..?

Yang mengunjungimu ketika dalam keadaan bete dan bosan..?

Baiklah..
Mungkin itu adalah sahabat versi terbaik menurut kita..

Namun Allah dan Rosulullah menjelaskan, manusia yg pantas disebut sahabat yg sejati adalah :

Yg membantumu dalam kebaikan dan menasehatimu dalam keburukan serta bersabar didalamnya..

Yg ketika engkau bertemu dengannya maka engkau akan ingat kepada Allah dan imanmu bertambah..

Yg bersama denganmu di dalam ketaatan kepada-Nya dan selalu mengajakmu kepada ketaqwaan.”

Maka… Lihatlah baik-baik…!!

Siapa yang mengajakmu sholat berjamaah..?

Siapa yang mengajakmu menghadiri kajian ilmu..?

Siapa yang menasehatimu jika engkau berbuat salah..?

Siapa yang menyuruhmu untuk jujur dalam perkataan dan perbuatan..?

Siapa yang mengingatkanmu agar selalu mensyukuri nikmat-nikmat Allah..?

Siapa yang dapat meningkatkan keimananmu ketika bertemu dengannya..?

Siapa yang mencegahmu berbuat maksiat dan durhaka kepada-Nya..?

Bila ternyata tidak ada seorangpun yang melakukannya kepadamu, sungguh-sungguh malang sekali nasibmu selama ini..

Karena ternyata..
Pada hakikatnya engkau TIDAK memiliki seorangpun SAHABAT yg sejati walaupun engkau berfikir telah memilikinya..

> Ibnu Qudamah berkata :

“Secara garis besar, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut:
(1) Orang yang berakal.
(2) Memiliki akhlak yang baik.
(3) Bukan orang fasik (pecandu dosa dan maksiat).
(4) Bukan ahli bid’ah.
(5) Dan bukan orang yang rakus terhadap dunia.”

(Mukhtashor Minhajul Qashidin II/36)

Teman dan sahabat yg baik nan sholih

💢👈الرفقة الصالحة 👉💢

✨SAHABAT YG BAIK🌟

🔺 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻔﺎﺭﻭﻕ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ :
“ﻣﺎ ﺃﻋﻄﻲ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺑﻌﺪ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻧﻌﻤﺔ.. ﺧﻴﺮﺍﹰ ﻣﻦ ﺃﺥ ﺻﺎﻟﺢ، ﻓﺈﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻭﺩﺍﹰ ﻣﻦ ﺃﺧﻴﻪ ﻓﻠﻴﺘﻤﺴﻚ ﺑﻪ.”

💢Umar Ibn Khathab r.a., berkata, “Tidak ada nikmat yg diberikan kepada seorang hamba setelah Islam yg lebih baik dari sahabat yg sholeh, maka apabila salah seorang dari kalian telah mendapatkan cinta dari sahabat sholehnya, hendaklah ia menggenggamnya dg kuat💥

🔺 ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ:
” ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻟﻚ ﺻﺪﻳﻖ – ﻳﻌﻴﻨﻚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ – ﻓﺸﺪ ﻳﺪﻳﻚ
ﺑﻪ؛ ﻓﺈﻥ ﺍﺗﺨﺎﺫ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺻﻌﺐ ﻭﻣﻔﺎﺭﻗﺘﻪ ﺳﻬﻠﺔ ..”

💢Imam Syafi’i berkata, “Apabila engkau memiliki sahabat yg mengingatkanmu pd ketaatan, maka genggamkanlah kedua tanganmu erat2 kepadanya! karena mendapatkan sahabat itu sulit, sedang meninggalkannya mudah💢

🔺 ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻱ :
ﺇﺧﻮﺍﻧﻨﺎ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﺃﻫﻠﻨﺎ ﻭﺃﻭﻻﺩﻧﺎ، ﻷﻥ ﺃﻫﻠﻨﺎ ﻳﺬﻛﺮﻭﻧﻨﺎ ﺑﺎﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺇﺧﻮﺍﻧﻨﺎ ﻳﺬﻛﺮﻭﻧﻨﺎ ﺑﺎﻵﺧﺮﺓ، ﻭﻣﻦ ﺻﻔﺎﺗﻬﻢ: ﺍﻹﻳﺜﺎﺭ

💫Hasan Al-Basri berkata, “Kami lebih mencintai sahabat2 kami dari istri dan anak2 kami, karena keluarga kami mengingatkan kami akan dunia, sedang sahabat kami mengingatkan akan akhirat, dan diantara sifat mereka adalah itsar💫

🔺 ﻭﻗﺎﻝ ﻟﻘﻤﺎﻥ ﺍﻟﺤﻜﻴﻢ ﻻﺑﻨﻪ :
ﻳﺎﺑﻨﻲ؛ ﻟﻴﻜﻦ ﺃﻭﻝ ﺷﻲﺀ ﺗﻜﺴﺒﻪ ﺑﻌﺪ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﺧﺎ “ﺻﺎﺩﻗﺎ”
ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻣﺜﻠﻪ ﻛﻤﺜﻞ ” :ﺷﺠﺮﺓ” ، ﺇﻥ ﺟﻠﺴﺖ ﻓﻲ ﻇﻠﻬﺎ ﺃﻇﻠﺘﻚ
ﻭﺇﻥ ﺃﺧﺬﺕ ﻣﻨﻬﺎ ﺃﻃﻌﻤﺘﻚ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﻨﻔﻌﻚ ﻟﻢ ﺗﻀﺮﻙ ..

💢Luqman yang bijak menasehati anaknya. Dia berkata, “Wahai putraku.. hendaklah perkara pertama yg engkau cari setelah iman kepada Allah, adalah sahabat yang jujur. Sesungguhnya sahabat yg jujur itu seperti pohon yg rindang. Jika engkau duduk di bawah naungannya, dia akan menaungimu, jika engkau mengambil sesuatu darinya, dia akan mengenyangkanmu dan jika dia tidak bermanfaat bagimu, dia tidak mencelakakanmu💢

🔺ﻣﺮﺽ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺫﺍﺕ ﻳﻮﻡ ﻭﻻﺯﻡ ﺍﻟﻔﺮﺍﺵ، ﻓﺰﺍﺭﻩ ﺻﺪﻳﻘﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺃﻯ ﻋﻠﻴﻪ ﻋﻼﻣﺎﺕ ﺍﻟﻤﺮﺽ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪ ﺃﺻﺎﺑﻪ
ﺍﻟﺤﺰﻥ … ﻓﻤﺮﺽ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﻳﻀﺎ

Satu hari, saat imam Ahmad -rahimahulla- menderita suatu penyakit yg menyebabkannya tdk dapat bangkit dari kasurnya, sahabat baiknya, imam Asy-Syafi’i -rahimahullah- datang menjen
guknya. Ketika imam Syafi’i melihat kondisi penyakit yg dialami sahabatnya, beliau sangat bersedih… hingga akhirnya beliau pun jatuh sakit.

ﻓﻠﻤﺎ ﻋﻠﻢ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﺬﻟﻚ .
ﺗﻤﺎﺳﻚ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﺫﻫﺐ ﻟﺮﺅﻳﺔ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻓﻲ ﺑﻴﺘﻪ ..
– ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺁﻩ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻗﺎﻝ :
ﻣﺮﺽ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻓﺰﺭﺗﻪ
ﻓﻤﺮﺿﺖ ﻣﻦ ﺍﺳﻔﻲ ﻋﻠﻴﻪ
ﺷﹹﻔﻲ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻓﺰﺍﺭﻧﻲ
ﻓﺸﹹﻔﻴﺖ ﻣﻦ ﻧﻈﺮﻱ إليه

🌹Saat imam Ahmad mengetahui berita itu, beliau menguatkan dirinya dan segera pergi menjenguk imam Syafi’i ke rumahnya.
Ketika imam Syafi’i melihatnya datang, beliau berkata, “Saat sahabat baikku sakit, aku datang menjenguknya, hingga aku pun sakit karena kesedihanku akan keadaannya. Kini.. sahabat baikku telah sembuh dan datang menjengukku. Sungguh.. saat ini aku pun telah merasa sembuh karena melihat keadaannya🌹

🔺ﺍﻟﻠﻬﻢ.. ﺍﺭﺯﻗﻨﺎ ﺍﻟﺼﺤﺒﺔ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺔ..!

Ya Allah.. karuniakanlah pd kami sahabat2 yg baik..!

🔺ﺍﻟﻤﺤﺒﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ.. ﻧﻌﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ.. ﻭﺍﻟﺘﻮﺍﺻﻞ ﻣﻊ ﺍﻷﺣﺒﺔ ﺃﻧﺲ ﻭﻣيسرة.. ﻫﻢ ﻟﻠﻌﻴﻦ ﻗﺮﺓ..

Saling mencintai karena Allah adalah karunia-Nya, dan saling menyambung hubungan dgn orang2 yg dicintai adalah wujud kasih sayang yg memberi kemudahan. Mereka adalah pelipur lara.. penyejuk pandangan..

🔺ﻓﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺩﺍﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺫﻛﺮ ﻫﻢ.. ﻭﺇﻥ
ﻏﺎﺑﻮﺍ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻗﻠﻨﺎ ﻳﺎ ﺭﺏ ﺍﺣﻔﻈﻬﻢ ﻭﺍﺭﻋﺎﻫﻢ

🌹Semoga keselamatanlah.. bagi mereka yg selalu terkenang di hati. Sekalipun mereka jauh dari pandangan, kami
akan selalu berkata, “Wahai Tuhanku..! Jagalah dan peliharalah mereka🌹

> Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada Sahabat-sahabatnya sambil menangis :
“Jika kalian tidak menemukanku nanti di Surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada اللّهُ تعالى tentang aku…!!

“Wahai Rabb Kami..
Hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang ENGKAU..
Maka masukkanlah dia bersama kami di Surga-Mu…!!”

> Malik bin Dinaar rahimahullah berkata :
“Semua teman duduk dan sahabat yang engkau tidak mengambil faedah kebaikan agama darinya maka hendaknya engkau lari darinya.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya).

» Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Disekitar Arsy Allah terdapat menara-menara yang terbuat dari cahaya dan di dalamnya terdapat orang-orang yang pakaian serta wajah mereka bercahaya, mereka bukan para Nabi atau syuhada, hingga para Nabi & syuhada kagum kepada mereka.”

Ketika ditanya oleh para sahabat, Rasulullahصَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَ سَلَّمَ menjawab :
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, saling berkunjung, saling bersahabat dan saling memaafkan karena Allah.”

(H.R. Ahmad, dari Mu’adz bin Jabal no.21052 & 21066 dan juga dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit no.21717 & 21718), dishohihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam tahqiq musnad Imam Ahmad di jilid 16 no.21963 dll).

Lihatlah ya ikhwani keutamaan yg sangat luar biasa yang akan didapatkan oleh seseorang yg membangun persahabatannya diatas IMAN dan TAQWA.

Dengarkanlah sebuah nasehat yang sangat bagus dari salah seorang ulama yang bernama Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata :

”Hati-hatilah dari teman yang jelek …! Karena sesungguhnya tabiat manusia itu suka meniru, dan manusia itu bagaikan serombongan burung yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah karena pencegahan lebih baik dari pada mengobati “.

Maka pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang yang bisa membantumu untuk mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan diri pada Rabbmu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.

Maka perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam

Ada teman yang bisa memberikan manfaatAda teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)Dan ada yang bisa memberikan keutamaan.

Adapun dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48).

Dan yang terakhir ingatlah firman Allah Ta’ala yang artinya :

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.”
(Q.s. Az-Zukhruf : 67).

Orang-orang yang tidak melandasi pertemanan atau persahabatannya dengan TAQWA di dunia, maka bersiap-siaplah untuk menjadi musuh kelak di hari kiamat.

Mudah-mudahan Allah berikan kepada kita semua sahabat yang selalu berjalan diatas ketaatan kepada-Nya kemudian menjauhi segala larangan-Nya dan Allah kumpulkan kita kelak bersama mereka semua di surga-Nya.

آمين… آمين… يا ر ب العــالمين

Abu Umair Bazher