Bulan: Maret 2018

Agar Tidak Tersambar Syubhat

AGAR TIDAK TERSAMBAR SYUBHAT

Agar tidak tersambar syubhat, kenalilah mengapa syubhat bisa terjadi.

🎙 Syeikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah berkata:

‼️ Penyebab terjadinya syubhat / kesamaran hukum itu ada empat hal:

1⃣ Minimnya ilmu.
Kerena minimnya ilmu, maka seseorang terperangkap dalam kesamaran (syubhat), karena orang yang ilmunya luas mampu mengetahui banyak hal yang tidak dapat diketahui oleh –orang-orang lain yang minim ilmu.

2⃣ Minimnya daya paham.
Maksudnya, pemahamannya lemah, sehingga bisa jadi ada orang yang ilmunya luas lagi banyak, namun pemahamannya lemah, sehingga banyak hal yang samar baginya.

3⃣ Kurang bersungguh-sungguh dalam menganalisa atau merenungkan, sehingga ia tidak mau bersusah payah mencermati, mencari tahu, dan meneliti kandungan dalil, karena ia merasa tidak ada perlunya terlalu dalam mencermati dalil.

4⃣ Ini adalah penyebab terbesar, yaitu adanya niat buruk, sehingga tiada niat pada dirinya selain mempertahankan pendapatnya, tanpa peduli apakah pendapatnya itu benar atau salah. Siapapun yang niatnya seperti ini, niscaya ia tidak bisa menemukan kebenaran –kita memohon kepada Allah, semoga diselamatkan dari niat yang seperti ini- karena orang yang seperti ini tidak memiliki tujuan dari ilmu yang ia pelajari selain menuruti hawa nafsunya.

Perlu diketahui bahwa samarnya kebenaran semacam ini tidaklah terjadi pada semua orang, dengan dua bukti berikut:

▶️ Pertama: Bukti dari dalil, yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وبينهما أمور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس

Antara yang halal dan yang haram terdapat hal-hal samar, yang tidak diketahui oleh banyak orang.
(Muttafaqun ‘alaih)

Berarti logikanya banyak orang berhasil mengetahui hukum hal-hal yang samar tersebut.

⏩ Kedua : Bukti dari logika, andai semua dalil bersifat samar bagi semua orang, niscaya Al Qur’an tidak layak sebagai penjelasan (bayan), dan niscaya didapatkan banyak urusan dari Syari’at yang belum diketahui manusia, dan tentu ini tidak mungkin alias mustahil terjadi.

(Syarah Al Arba’in An Nawawiyah hal 109-110)

Jadi syubhat itu intinya kesamaran antara yang benar dari yang salah, dan ini terjadi karena kebodohan dan buruknya niat.

Dengan demikian, bila anda merasa suatu masalah bagi anda berstatus syubhat atau samar, maka itu hanya ada dua jawaban:

1️⃣ anda menyadari minimnya ilmu dan pemahaman, sehingga tidak mampu membedakan antara yang benar dari yang salah, atau
2️⃣ Mengakui anda memiliki niat buruk.

🎯Mari kita bercermin, kalau anda merasa ada masalah yang syubhat bagi anda, maka solusinya anda diam tidak perlu bersikap, membenarkan atau menyalahkan, namun belajar lagi atau ikuti ahli ilmu yang menurut anda paling berilmu, alias segera kibarkan bendera taqlid, dan itu wajib bagi anda.

📌Kalau anda merasa suatu masalah syubhat bagi anda lalu anda berkomentar menyalahkan atau membenarkan, apalagi sampai menganggap sesat orang lain, maka itulah sebenarnya alasan yang keempat terjadinya syubhat, yaitu anda memiliki niat buruk, berupa fanatisme, memaksakan atau sedang dalam upaya pembenaran pendapat sendiri, alias anda sedang dalam kesesatan namun anda tidak menyadarinya.

Semoga Allah melindungi kita semua dari kebodohan, hawa nafsu dan kesesatan, amiin.

🌐 http://www.salamdakwah.com/artikel/4623-agar-tidak-tersambar-syubhat

══ ¤❁✿❁¤ ══

STDI Imam Syaf’i

Ayo pastikan diri anda mendaftar untuk menjadi mahasiswa STDI Imam Syaf’i.

Karena STDI Imam Syafi’i memiliki banyak keunggulan dan manfaat besar yang akan diraih.

1. STDI Imam Syafii menggunakan bahasa arab sebagai bahasa pengantar kuliah dan pergaulan.

2. STDI Imam Syaf’i memiliki banyak dosen yang kompeten dalam setiap bidangnya:

– Ada ustadz Dr. Arifin Badri yang kompeten dalam bidang fiqh

– Ada ustadz Dr. Ali Musri yang kompeten dalam bidang akidah.

– Ada ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah yang kompeten dalam bidang dakwah.

– Dan ada banyak pula dosen-dosen lain yang kompeten dalam bidangnya masing-masing yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu di kesempatan ini.

3. STDI Imam Syafi’i selain unggul dalam sistem perkuliahannya, juga unggul dalam sistem mulazamahnya.

Seluruh mahasiswa diwajibkan untuk mulazamah dan hadir di hadapan para asatidzah membahas akidah, fiqh, dan hadits (membahas kitab-kitab para ulama hingga tuntas).

Jangan buang masa mudamu untuk hal yang sia-sia. Pastikan dirimu mendaftar untuk menjadi penuntut ilmu yang diberkahi Allah.

Mengaku Salah Lebih Terhormat Daripada Membenarkan Kesalahan

Mengaku Salah Lebih Terhormat Daripada Membenarkan Kesalahan

By Musyaffa Addariny, Lc., MA.

Mengaku salah jauh lebih baik dan terhormat, daripada berusaha membenarkan yang salah karena kita tidak mampu menjalankannya, atau tidak mau meninggalkannya.

Misalnya ketika anda merasa berat memanjangkan jenggot, atau terpaksa harus mencukurnya sampai habis karena sesuatu hal, maka jangan berusaha mencari pembenaran untuk hal itu.

Tapi hendaklah anda mengakui kesalahan itu, agar diri anda terdorong untuk selalu memohon ampun atas kesalahan itu, dan agar pada saatnya nanti anda bisa meninggalkan kesalahan itu.

Syeikh Ali Thontowi –rohimahulloh– pernah mengatakan, ketika beliau memangkas jenggot dan belum bisa memanjangkan jenggotnya:

“Adapun masalah memangkas habis jenggot (yang kulakukan), maka demi Allah aku tidak akan mengumpulkan pada diriku (dua keburukan, yakni); perbuatan buruk dan perkataan buruk, Aku tidak akan menyembunyikan kebenaran karena aku menyelisihinya, aku juga tidak akan berdusta atas nama Allah dan berdusta kepada manusia.

Aku mengakui bahwa diriku salah dalam hal ini, sungguh aku telah berusaha berkali-kali untuk meninggalkan kesalahan ini, tapi aku kalah oleh nafsu syahwatku dan kekuatan adat (masyarakat).

Dan aku terus memohon kepada Allah agar memberikan pertolongan kepada diriku sehingga aku bisa memanjangkannya.

Dan hendaklah kalian juga meminta kepada Allah agar aku bisa memanjangkannya, karena doa seorang mukmin kepada mukmin lainnya -jika dilakukan tanpa sepengetahuannya-; tidak akan ditolak insyaAllah”.

[Kitab: Ma’an Nas, karya: Syaikh Ali Ath Thontowi, hal: 177-178].

Dan alhamdulillah di akhir hayatnya, beliau bisa memanjangkan jenggotnya, lalu beliau menjelaskan hal itu dalam catatan kaki pada halaman tersebut, beliau mengatakan: “Dan Allah telah memberikan pertolongannya kepadaku (untuk memanjangkannya), maka hanya bagi-Nya segala pujian“.

***
Penulis: Ustadz Musyaffa Ad Darini, Lc., MA

Artikel Muslim.or.id